just my two cents · Racauan

Latihan

Yak. Sudah 20 Syawal aja berlalu…

Taqabalallaahu minna wa minkum shiyamanna wa shiyamakum… Semoga Allah menerima ibadahku dan ibadahmu juga puasaku dan puasamu. Aamiin…

Eh, gimana? Udah pada kelar puasa Syawal? Masih ada lah 9 hari lagi kalo masih belum puasa Syawal mah… πŸ˜€

Sebenernya udah lama kepikiran pengen nulis sejak hari kedua Syawal. Tapi nggak tau kenapa, dorongan males lebih gede dan akhirnya tertunda sampai 18 hari. IYA! 18 hari! Terlalu!

Jadi, selama bulan Ramadan itu saya kepikiran sesuatu. Saya dapet brodkes tentang puasa dari sisi ilmiah, dimulai dari kenapa kita sebaiknya berniat puasa yang diikuti dengan aktivitas makan sahur sampai jadi sering bolak balik pipis setelah sahur dan intensitasnya berkurang banyak setelah jam 9 pagi karena antara niat puasa dengan pelaksanaannya sudah seiring sejalan: diatur oleh otak. Ntar saya apdet di sini tulisannya, belon saya copas ke email. Di tulisan itu juga disarankan bahwa anak-anak sebaiknya mulai dilatih berpuasa, supaya setelah dewasa jadi terbiasa.

Kepikirannya gini. Dua tahun lalu, usia Ilman 7 tahun dan saya mulai melatihnya berpuasa pertama kalinya. Terus terang, saya agak pesimis awalnya, tapi karena saya ingin dia belajar bertakwa pada Allah, saya bulatkan tekad termasuk minta dukungan banyak pihak di dalam keluarga. Kebetulan, saat itu Ilman sudah pindah ke SD swasta yang banyak konten agamanya di dalamnya. Hari pertama sekolah juga langsung Sanlat alias pesantren kilat πŸ˜€

Puasa Ilman dua tahun lalu adalah: sahur jam 6 (sama dengan jam dia breakfast :D), berbuka jam 10 pagi, lalu puasa lagi sampai adzan Dzhuhur, berbuka, berpuasa lagi sampai adzan Maghrib (tapi kadang berbuka saat adzan Ashar lalu puasa lagi sampai adzan Maghrib) dan masih sering icip makanan atau nimbrung ngemil saat adiknya ngemil πŸ˜€

Puasa Ilman tahun lalu meningkat: sahur di jam yang sama dengan kita semua (sebelum Shubuh), berbuka saat adzan Dzhuhur lalu dilanjutkan lagi berpuasa sampai adzan Maghrib. Shalatnya sudah mulai di awal waktu, alhamdulillaah, walau masih belum khusyu’. Masih sering cheating juga, terutama ketika adiknya makan di depannya πŸ˜€ Plus dia sempat bolos beberapa hari puasa karena sakit sampai harus dirawat di rumah sakit.

Puasa Ilman tahun ini, alhamdulillaah meningkat lagi: sahur di jam yang sama dengan kita semua dan berbuka setelah adzan Maghrib berkumandang. Cheatingnya sudah hilang, sudah mulai menahan diri ketika adiknya makan mie goreng di depannya πŸ˜€

Dari latihan selama tiga tahun, saya percaya ke depannya Ilman akan terlatih dan bisa menahan diri ketika orang lain berseliweran makan di depannya. Saya memang belum memperkenalkan konsep pahala pada Ilman, tapi saya bilang padanya, bahwa ketika kita berpuasa itu bukan menyuruh orang nggak makan di depan kita, melainkan kita yang harus bisa menahan diri untuk nggak tergiur dengan makanan dan minuman yang disantap orang di depan kita. Ke depannya, saya berharap dia termasuk yang toleran terhadap orang-orang yang sedang tidak menjalankan ibadah puasa. Karena, puasa itu ibadah yang hanya antara Allah dan orang yang sedang berpuasa. Jadi lucu aja, kalo pas di awal Ramadan lalu, sampai ada yang ngegerebek tempat makan yang buka di siang hari.

Almarhum Ustadz Zainudin MZ pernah bilang, ini kalimat yang selalu nempel di kepala saya, “Puasa itu intinya pengendalian diri, bukan mengendalikan orang lain”.

Karena tahun lalu ada banyak masalah yang terjadi yang membuat tilawah dan shalat tarawih sering keteteran, tahun ini saya bersyukur banget masih bertemu dengan Ramadan. Dan saya nggak mau ketinggalan shalat tarawih, mau itu sendirian atau berjamaah, pokoknya saya kejar. Meski nggak kekejar tilawah 1 juz sehari, tapi alhamdulillaah, setiap hari masih bisa tilawah lebih dari sehalaman aja. Bukan bragging, kok. Lagi evaluasi.

Saya berharap, Ramadan kemaren jadi “wadah” latihan serius saya dalam menafakuri dan mengevaluasi pencapaian saya dalam hidup ini. Mudah-mudahan setelah Ramadan kelar, spiritnya masih ada dan hidup terus. Mudah-mudahan saya masih bisa bertemu dengan Ramadan berikutnya dan jadi manusia lebih baik lagi…

Nggak ada karya berarti yang saya hasilkan selama Ramadan kemaren 😦

Eh, tapi, hari ini saya baru melahirkan satu blog lagi. Hahaha. Blog ini tujuannya biar linknya biar saya share khusus di Linkedin. Jelas, dong, peruntukannya buat apa πŸ˜€

Namanya The Pencil Stories. Kenapa? Suka aja. Heuheu.. Icon saya waktu masih aktif di PAS dulu adalah pensil πŸ˜€

Baru ada satu posting, sih… Boleh diintip atau difollow seikhlasnya gapapa πŸ˜€

Ini linknya πŸ˜€

 

Leave a comment